Senin, 29 Oktober 2012

Pindah Rumah

Hari ini adalah malam terakhir saya dan keluarga tinggal di rumah lama. Sejak beberapa hari yang lalu, kami sudah sibuk berbenah, tapi sampai hari terakhir pun ternyata masih belum sepenuhnya selesai. Ternyata pindahan itu sangat merepotkan dan melelahkan ya? Sampai-sampai saya datang bulan sepuluh hari lebih cepat daripada jadwal karena kecapaian naik-turun.

Ada tiga kesan yang muncul ketika membereskan seisi rumah sebelum kami menyerahkan kunci pada pemilik baru rumah kecil kami. Pertama, adalah betapa banyaknya barang yang kami simpan padahal jarang atau bahkan tidak pernah kami gunakan. Hal ini membuat saya belajar bahwa ternyata sifat konsumerisme saya dan suami memang cukup parah. Kami membeli banyak barang hanya karena lucu, bagus, sepertinya akan berguna, unik, atau murah... padahal kami tidak terlalu membutuhkannya. Hal ini menjadi pelajaran bagi kami untuk ke depannya. Kami perlu lebih selektif dalam membeli barang-barang.

Kesan kedua, adalah excited - karena kami akan menempati rumah baru ( meskipun saat blog ini ditulis, rumah baru kami belum selesai renovasi ). Walaupun demikian, saat membereskan furniture dan peralatan elektronik, otak saya penuh dengan khayalan... di rumah baru nanti, dalam ruang manakah kami akan meletakkan barang-barang ini?

Kesan ketiga, adalah hal yang menurut kami pasti dirasakan oleh kebanyakan orang yang pernah pindah rumah, adalah rasa terharu. Meskipun rumah lama ini kecil dan sederhana, tapi di sinilah saya dan suami membangun keluarga pertama kali. Di sini kami membesarkan putri kami sampai berusia dua setengah tahun. Di sini kami bermain petak umpet dari sore sampai malam sampai Nana harus mandi dua kali. Di sini juga kami memelihara sembilan belas ekor ikan koi (satu di antaranya mati karena melompat keluar) serta empat ekor kura-kura brazil yang sekarang ukurannya lebih besar daripada telapak tangan saya. Di sini juga kami membuat kebun mini bunga bakung yang setiap tiga bulan sekali berbunga begitu indah. Kebetulan, saat ini pun bunga bakung mini kami sedang berkembang dengan indahnya. Ada begitu banyak kenangan di setiap sudut rumah ini sehingga terasa berat meninggalkannya. Bahkan si kecil Nana pun merasa gelisah dengan kepindahan ini. Dia bahkan pernah meminta papanya untuk membeli kembali rumah ini. Kami harus menjelaskan panjang lebar bahwa rumah ini harus kita tinggalkan karena kita akan pindah ke rumah baru yang lebih dekat dengan sekolah dan tempat kerja papanya.

Walaupun demikian, life must go on. Saya berdoa supaya kami betah di rumah baru, sebagaimana kami betah di rumah lama yang kecil ini. Saya yakin bukan soal "rumah"nya yang membuat kami bahagia, tapi bagaimana kami hidup bersama-sama di bawah satu atap. Saya juga berdoa semoga keluarga yang menempati rumah lama kami pun akan betah dan merasakan kegembiraan yang selama ini kami rasakan.

I will never forget you
every inch of you
everything about you
You are a beautiful part
in my life
Where miracles happened
Where I understand
how great God has done
in our life
I will never forget you
Goodbye

Kamis, 25 Oktober 2012

Kitchen Set: Perlu atau Tidak?

Berhubung rumah baru saya sudah mencapai tahap finishing, saya mulai sibuk dengan urusan design interior. Salah satu yang paling menyita perhatian (juga biaya) adalah interior bagian dapur atau kitchen set. Saya bukanlah seorang ahli - tapi sebagai pengguna, saya merasakan betapa pentingnya membuat kitchen set. Bahkan ketika membeli rumah, saya segera mengatur budget untuk kitchen set. Bagi saya pribadi, daripada membeli sofa cantik nan mahal untuk ruang tamu, lebih baik saya menggunakan uang tersebut untuk membuat kitchen set yang bagus.

Kenapa sih saya keukeuh (keras kepala) banget jika sudah berbicara soal mengenai kitchen set? Padahal saya bukan orang yang senang berlama-lama di dapur, bahkan memasak pun cuma bisa yang simpel-simpel saja. Alasan saya adalah :

1. Rumah zaman sekarang umumnya sempit dan bergaya minimalis. Dengan kata lain, area dapur cenderung lebih sempit dibandingkan rumah zaman dulu yang biasanya memisahkan dapur kotor dengan dapur bersih. Selain itu, lokasi dapur biasanya berbatasan langsung dengan ruang makan, bahkan ada yang berbatasan dengan ruang keluarga. Apabila kita asal memilih perabotan dan peralatan dapur, tentu tidak enak dipandang dan berkesan jorok.

2. Masih berkaitan dengan alasan pertama; dapur yang tidak tertata dengan baik tentu nampak lebih berantakan. Bagi keluarga yang masih mempunyai anak kecil, situasi ini bisa membahayakan. Kitchen set yang baik tentu bisa menampung berbagai peralatan ke dalam lemari-lemarinya sehingga tidak terlalu banyak yang terpajang di luar. Dengan demikian, resiko bisa diminimalisir.

3. Alasan ketiga adalah kebersihan. Kitchen set yang baik bisa menampung peralatan dapur di dalam lemari/rak yang tertutup sehingga tidak mudah terkena debu. Selain itu, hewan pengganggu seperti cicak dan tikus tidak mudah masuk ke dalam lemari sehingga tidak mengontaminasi peralatan makan atau memasak. Selain itu, dapur dengan kitchen set lebih mudah dibersihkan sehingga ibu-ibu yang bekerja tidak perlu membuang banyak waktu untuk membersihkan dapur.

Suami saya punya teori yang berbeda. Ketika baru menikah, saya dan suami mempunyai budget terbatas untuk rumah. Kami dihadapkan dua pilihan: rumah tipe 56, atau rumah tipe 45 yang selisihnya sekitar 20 juta. Kami memilih yang kedua. Selisih dananya kami gunakan untuk membuat kitchen set + dining set. Tapi setelah selesai dipasang, rumah kami yang sempit itu jadi terlihat manis. Dengan penempatan yang tepat, area dapur yang bersatu dengan ruang makan menjadi cantik, lega, rapi, bahkan muncul kesan mewah. Belakangan ketika rumah ini dijual, harganya pun lumayan bagus, sekitar 120% daripada nilai sebenarnya. Alasannya, karena interiornya bagus. Sang pembeli memang belum pernah punya kitchen set sebelumnya sehingga dia merasa tidak rugi membayar lebih untuk rumah yang sudah tertata rapi. Pembeli puas, kami pun senang ^_^ Jadi suami saya berpendapat, kitchen set yang bagus bisa meningkatkan nilai rumah itu.

Jadi saya berkesimpulan, kitchen set adalah sesuatu yang perlu - terutama bagi keluarga di perkotaan. Saya mengerti bahwa harga kitchen set memang tidak murah, apalagi yang kualitasnya bagus. Tapi kalau kita bisa menabung untuk motor atau mobil, saya rasa mestinya kitchen set pun bisa. Namun jangan terburu-buru untuk merancang kitchen set. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatian.

Pertama, jangan "lapar mata". Desain yang bagus belum tentu cocok dengan rumah kita atau kebutuhan kita. Sebaiknya pertimbangankan masak-masak. Saya lebih menyarankan interior designer daripada kita mendesain sendiri, kecuali kalau kita memang berprofesi sebagai desaigner. Pilih designer yang kompeten. Hati-hati terjebak dengan harga murah, jangan-jangan kualitasnya hancur lebur.

Kedua, apabila kita menempati rumah baru yang masih kosong, sebelum membeli peralatan dapur, lebih baik bekerja sama dengan designer untuk membicarakan peralatan yang kita butuhkan. Terutama untuk apartemen yang menerapkan beberapa peraturan (misalnya, beberapa apartemen melarang penggunaan kompor gas sehingga kompor listrik).

Ketiga, jangan segan-segan untuk mengutarakan kebutuhan dan kebiasaan kita sehari-hari. Tapi kita harus bisa membedakan mana keinginan atau kebutuhan. Kebutuhan tentu didahulukan daripada keinginan. Misalnya kita merasa kompor empat tungku terlihat keren dan mewah daripada kompor dua tungku biasa; tapi sebenarnya untuk makan pun kita mengandalkan catering. Tentunya ini menjadi permasalahan, apabila ruangan yang tersedia sempit.

Keempat, perawatan kitchen set sebisa mungkin tidak menyulitkan kita. Kitchen set dengan granit India yang putih nan halus memang terlihat sangat cantik, tapi perawatannya pun sulit karena granit putih akan terlihat kusam apabila terkena asam (air jeruk, cuka, dll). Oleh karena itu, pertimbangkan dulu kapabilitas kita. Bila tidak sanggup merawat, tapi ingin menggunakan granit, pilihlah warna yang lebih gelap.

Jumat, 19 Oktober 2012

Simple Dinner : Sapi Kecap

Sebagai seorang wanita yang bekerja, kadang kala waktu saya di dapur sangat sempit. Tapi sebagai istri dan mama, saya tetap ingin menyediakan makanan yang enak dan sehat bergizi bagi keluarga. Dengan waktu yang terbatas, tentu saya harus memasak dengan cepat, sederhana, tapi enak. Salah satu resep andalan saya untuk makan malam adalah sapi kecap.

Bahan-bahan
- 200 gram daging sapi sukiyaki
- sebungkus tauge
- delapan barang baby pakcoy atau sebungkus buncis
- seperempat bawang bombay

Bumbu
- sepertiga sendok teh garam
- merica bubuk
- empat sendok makan kecap manis
- satu sendok minyak zaitun (pilih yang light)

Cara membuat:
1. Cuci bersih daging sapi sukiyaki, taruh dalam mangkuk kecil. Masukan garam, bubuhkan sedikit merica, dan beri kecap manis. Aduk menggunakan tangan sampai daging menghitam rata. Biarkan sampai menyerap.
2. Sambil menunggu kecap menyerap dalam daging, potong-potong bawang bombay kira-kira sampai seukuran kuku kelingking.
3. Rebus baby pakcoy (tanpa dipotong) atau buncis yang sudah sudah dibersihkan ujungnya (tanpa dipotong). Setelah matang, tiriskan.
4. Cuci bersih tauge, lalu tiriskan.
5. Panaskan minyak zaitun dalam wajan anti lengket, tumis bawang bombay.
6. Masukan daging sapi yang sudah menyerap ke dalam wajan, masak sampai warnanya berubah.
7. Jika daging kelihatan hampir matang, masukan tauge. Masak sampai tauge agak layu dan daging matang. Tambahkan sedikit kecap manis sesuai selera.
8. Hidangkan di atas piring saji. Jangan lupa beri baby pakcoy atau buncis.



Sapi Kecap untuk tiga orang siap dinikmati!

Senin, 15 Oktober 2012

Fitness for Fit Mom

Selama sebulan terakhir ini, saya memulai kembali aktivitas fitness secara rutin. Bukan sekedar treadmill di private gym milik papa, tapi pergi ke salah satu fitness center terkenal di Bandung yaitu Rai Fitness di Jalan Cihamplas ( Itu lho, fitness centre yang dikelola oleh Ade Rai. Kalau nggak kenal Ade Rai, keterlaluan! ) Pada dasarnya saya suka berolahraga, terutama olahraga permainan seperti pingpong dan basket. Tapi setelah menikah dan punya anak, saya susah mencari teman dan waktu untuk main basket. Oleh karena itu, olahraga yang dilakukan sendiri seperti renang dan gym menjadi pilihan yang lebih baik. Tapi kalau berenang, tidak bisa sesering gym, karena air kaporit membuat rambut dan kulit rusak sehingga saya harus keluar uang ekstra untuk perawatan. Oleh karena itu, ketika kakak mengajak fitness, saya langsung setuju.

Ada tiga alasan mengapa saya memutuskan untuk mulai fitness lagi, yaitu ingin lebih sehat, ingin lebih ramping, dan sambil mengisi waktu sambil menunggu anak sekolah. Sejak Nana sekolah, saya banyak "nangkring" di sekolah sambil jajan ini dan itu sehingga badan semakin melar. Bayangkan, dengan tinggi badan hanya 160 cm lebih, berat badan saya 68,5 kilo! Terima kasih mie baso, cakue, lumpia, dan cimol! Selain itu, saya merasa kesehatan saya sering terganggu, selain sering batuk dan pilek, saya juga mudah lelah tapi sulit tidur.

Nana bersekolah tiga hari seminggu; hari Senin dan Rabu dari jam 8.00 sampai jam 10.15, sedangkan hari Jumat jam 8.00 sampai jam 9.30. Dengan kata lain, waktu saya fitness hanya sekitar 1 - 1,5 jam, hanya 3 kali seminggu. Setelah berkonsultasi sana-sini, termasuk dengan para trainer di RF, saya berhasil mengatur pola latihan mengikuti jadwal sekolah Nana.

Sebelum memulai latihan, saya pemanasan dengan elliptical trainer selama 10 - 15 menit. Menurut saya, alat ini membuat badan lebih cepat panas daripada treadmill. Setelah itu, jangan lupa stretching untuk menghindari kram atau cedera otot. Setelah pemanasan, saya memulai latihan angkat beban dengan jadwal sbb.

Senin : Latihan Otot Kaki + Dada + Pinggang
Rabu : Latihan Otot Triceps + Bahu + Perut Atas
Jumat : Latihan Otot Punggung + Biceps + Perut Bawah

Setiap jenis latihan, saya lakukan secara bervariasi. Misalnya hari Senin minggu pertama, latihan otot kaki dikonsentrasikan pada otot paha bagian depan, sedangkan pada Senin minggu kedua dikonsentrasikan pada otot paha bagian belakang. Pada minggu selanjutnya, lebih dipusatkan pada betis. Latihan yang dipadatkan mungkin lebih efektif / cepat untuk membentuk otot dan merampingkan badan, tapi badan terasa jauh lebih lelah. Dengan kesibukan sebagai ibu yang harus pergi ke kantor juga, tentu kinerja tidak boleh menurun karena kecapekan fitness.

Variasi kedua adalah dengan tidak memborong semua jenis alat dalam 1 hari yang sama. Selain menghabiskan banyak waktu (mengingat waktu latihan saya sempit), otot yang dilatih jadi sakit tidak tertahankan sehingga ujung-ujungnya malas latihan lagi. Misalnya untuk latihan dada minggu pertama, saya lebih banyak menggunakan dumbbell. Sedangkan untuk minggu selanjutnya, saya menggunakan alat seperti cable crossover dan pec deck. Kita bisa bertanya pada orang-orang yang lebih berpengalaman atau trainer mengenai berbagai variasi angkat beban supaya latihan kita tidak membosankan.

Variasi ketiga dilakukan dengan pola repetisi. Misalnya pada minggu pertama saya, setiap satu jenis latihan saya lakukan 4 set dengan masing-masing 15 kali pengulangan. Sedangkan pada minggu kedua, 3 set dengan pengulangan bertahap yaitu 15, 20, dan 25. Pada saat menambah beban, saya melakukan 4 set dengan 12 kali pengulangan. Jangan lupa untuk beristirahat selama 30 detik sampai 1 menit setelah melakukan satu set atau setelah melakukan satu jenis latihan.

Biasanya, durasi angkat beban berkisar antara 30 sampai 40 menit, tergantung banyaknya jenis latihan yang saya lakukan. Setelah selesai angkat beban, saya melakukan latihan cardio dengan treadmill selama 10-30 menit, sesuai dengan waktu yang tersedia. Setelah itu, saya menghabiskan 5 menit di atas sepeda santai untuk cooling down atau sekedar mengeringkan keringat sebelum mandi.

Apabila kita punya uang lebih, kita bisa menyewa personal trainer atau PT. PT bisa membuat pola latihan yang lebih bagus dan progresif sehingga target kita lebih cepat tercapai. Namun faktor lain yang menentukan keberhasilan latihan kita bukan hanya di fitness center saja, tapi juga di luar. Menjaga asupan makanan yang bergizi, menghindari jajanan tidak sehat, memilih air putih daripada minuman lainnya, serta pola makan yang teratur membuat target lebih cepat tercapai.

Saya tidak mengatakan bahwa saya telah berhasil mencapai target selama sebulan ini. Bagi saya, proses masih panjang. Tapi setelah satu bulan penuh latihan tiga kali seminggu tanpa bolos, tanpa menggunakan supplement apapun, saya berhasil menurunkan berat badan sebanyak 3 kilo setengah. Selain itu, saya tidak merasa over-tired alias terlalu lelah, saya masih punya stamina untuk bekerja di kantor dan mengurus anak.

Intinya, fitness bagi ibu rumah tangga harus diprogram supaya tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Lebih baik prosesnya lama tapi menyenangkan, daripada cepat tapi melelahkan atau membosankan. Jika di hari lain punya waktu luang, lebih baik kita habiskan di gym. Jangan lupa, target kita sebenarnya adalah mendapatkan tubuh yang sehat, sedangkan badan yang bagus adalah hadiahnya. Yay!