Jumat, 28 Desember 2012

My New Galaxy Note 2

Minggu lalu, tiba-tiba saja saya memutuskan untuk membeli smartphone baru: Galaxy Note 2. This is a big thing for me. 7 juta lebih untuk sebuah alat komunikasi? What?!

Tapi tetap saja dibeli. *hahaha...*

Saya bukan seorang gadget mania, satu-satunya smartphone yang saya punya sebelum Galaxy Note 2 ini adalah Blackberry Onyx pertama yang saya beli lebih dari 2 tahun lalu. Itu pun karena tuntutan pekerjaan. Tapi sekarang kebutuhannya sudah bertambah rumit... saya harus bisa mengolah data di mana pun saya pergi. Saya enggan membawa laptop. Berat, repot, mengundang kejahatan, dipakai kerja pun tidak nyaman. Bagi saya, PC masih tetap lebih enak dipakai kerja atau main game daripada laptop.

Ngomong-ngomong, dalam sebulan ini, dua orang rekan kehilangan laptop di mobil. Modusnya sama, dengan memecahkan kaca belakang mobil.

Awalnya saya hendak membeli iPad. Tapi setelah bertanya sana-sini, katanya programnya tidak compatible dengan Windows. Akhirnya batal deh. Teman menyarankan, lebih baik menggunakan gadget berbasis Android. Waktu itu saya bingung: Android? Merk apaan tuh? *ketauan banget kampungnya!*

Lalu saat jalan-jalan di PVJ, tanpa sengaja melihat Galaxy Note 1 di salah satu gerai handphone. Orang bilang ini adalah produk nanggung: jadi handphone kebesaran, jadi tablet kekecilan. Tapi bagi saya, cocok sekali. Bisa dipakai mengetik Excel dan Word, bisa membuka file PDF, bisa menggunakan e-mail, dan kerjanya cepat! Ukurannya pun pas, tidak terlalu besar, sehingga bisa masuk tas. Kalau menggunakan cover, bentuknya seperti agenda sehingga tidak terlihat mencolok. Tapi waktu hendak membeli, pramuniaga berkata, sebaiknya saya beli Galaxy Note 2. Lebih baru. Lebih bagus. Lebih cepat. Lalu saya cuma iya-iya saja. Gesek kartu dan jreng... saya pulang dengan membawa Galaxy Note 2.

Lalu mulailah saya mendapatkan cibiran sana-sini. Kemahalan lah, nggak worth lah, modelnya standar lah, kameranya jelek lah, batrenya cepat habis lah, dll... Lebih baik ini, lebih baik itu, dll... Bikin senewen saja. Tapi ada satu orang yang menyambut gadget baru ini dengan sukacita. Putriku tersayang! Muah muah deh kamu, Nak... Saya langsung download game buat toddler dan dia main dengan sukacita.

Masalah belum selesai sampai di situ. Saya kebingungan, bagaimana cara menggunakan smartphone ini? Mana program Excel dan Word-nya? Bagaimana cara memakai teleponnya? Bagaimana mengubah bahasanya menjadi bahasa Inggris? Dan, banyak sekali aplikasinya! Ini untuk apa saja?

Akhirnya saya memutuskan pergi ke outlet Samsung, disambut oleh seorang CS yang reseh banget. Kalau ditanya, dia menjawab dengan nada meremehkan. Saat ditanya, "Mbak, bagaimana caranya kalau mau menjawab telepon?" Lalu dia jawab, "Ya gesek aja, gampang 'kan."

Gesek apanya? Kartu kredit?

Dalam hati saya kesal sekali. Saya ingin bilang : "Saya memang nggak becus menggunakan smartphone, tapi saya bisa beli produk yang perusahaanmu jual. Dan saya punya hak untuk mendapatkan penjelasan tentang produk yang saya beli!" Tapi akhirnya nggak jadi saya katakan. Soalnya saya membawa putri saya, dan saya takut dia meniru ucapan saya. Saya memutuskan untuk segera pulang meskipun informasi yang saya inginkan belum saya dapatkan.

Akhirnya saya memutuskan untuk belajar secara otodidak. Yah, mau bagaimana lagi? Hihihi... Saya masih punya waktu sampai awal tahun depan untuk menguasai smartphone itu. Tapi itulah pengalaman pertama saya menggunakan smartphone Android. Sungguh konyol hahaha...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar