Minggu, 18 Maret 2012

PLAY-DOH TIME!!!


Akhir-akhir ini saya sedang kegandrungan bermain PLAY-DOH. Waktu saya masih kecil dulu, saya mengenalnya dengan sebutan lilin malam atau kemudian disebut clay. Permainan ini merupakan permainan membentuk/mencetak dengan menggunakan adonan yang berwarna-warni.

Awal Maret ini Nana sudah resmi berusia dua tahun sehingga saya memberanikan diri untuk memberinya Play-Doh. Mainan yang satu ini bukan cuma asyik dilakukan oleh Nana, tapi juga oleh pengasuhnya (termasuk saya dan suami). Selain mudah digunakan dan menyanangkan, Play-Doh juga aman karena terbuat dari bahan makanan, edukatif, serta mendorong kreativitas.

Saya selalu berusaha untuk tidak mengkritik apapun yang Nana buat. Misalnya ketika dia mencetak PlayDoh berbentuk bawang dengan warna biru – sebenarnya saya ingin mengajarkan Nana bahwa tidak ada bawang yang berwarna biru. Walaupun demikian saya berusaha untuk fokus pada usahanya untuk mencetak dan menyebutkan bentuk-bentuk yang bisa dia buat. Hasilnya luar biasa; selain perbendaharaan kata Nana semakin banyak, dia juga sudah mahir mengkombinasikan kata dengan baik, misalnya dengan berkata : “Ini bawang biru!”


Ngomong-ngomong, tahukah Anda kalau ternyata, pada awalnya Play-Doh diciptakan sebagai pembersih wallpaper? Namun  karena bentuk dan bahannya mirip adonan clay biasa, ditambah punya kelebihan tidak beracun dan mudah dibersihkan, pencipta Play-Doh yaitu Joe McVicker menyulapnya menjadi permainan anak yang hebat. Setelah memproduksi Play-Doh, Joe McVicker menjadi miliuner sebelum usianya yang ke-27. Wow!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar