Rabu, 18 Juli 2012

Sekolah di Preschool : First days!

Minggu kemarin, Reina ( 2 tahun 4 bulan ) mulai bersekolah di TK BPK Penabur 246 Bandung, di jenjang "toddler". Tantangannya cukup berat, karena selain sifat Nana yang takut pada situasi/orang baru, dia juga sedang tidak enak badan. Tapi saya tetap membawanya ke sekolah, sekedar untuk mengenalkan lingkungan kelas. Seperti dugaan, Nana menolak masuk kelas. Hari kedua juga sama, Nana nangis sejadi-jadinya. Tapi hari ketiga dan selanjutnya, Nana mulai menunjukkan progress yang positif. Dia tidak menangis lagi, bisa mengikuti instruksi miss (guru), dan bisa mengikuti aktivitas kelas. Syukurlah!


Hari-hari pertama sekolah, terutama di jenjang preschool, tentunya menjadi buah simalakama bagi orang tua. Di satu sisi, tentunya orangtua ingin anak-anaknya bisa mengembangkan kemampuannya di sekolah. Di sisi lain, orangtua juga tentunya merasa kasihan melihat anak-anak yang menangis karena merasa jauh dari orangtuanya. Saya juga merasakannya. Di sekolah, saya banyak mengobrol dengan orangtua yang lebih berpengalaman, dalam artian lebih dewasa dari saya dan lebih berpengalaman dalam menyekolahkan anak. Dari hasil obrolan itu, saya menyimpulkan beberapa hal :

1. Sebaiknya orangtua "merelakan" anak-anaknya di dalam kelas tanpa didampingi, terutama pada hari ketiga sekolah dan selanjutnya. Jika orangtua ragu-ragu (misalnya mengintip ruang kelas, ragu saat menyerahkan anak pada guru), maka anak akan menganggap bahwa guru adalah orang lain yang mencoba mengambil/merebut dirinya dari orangtuanya.

2. Berikan pengertian pada anak bahwa sekolah bukan berarti orangtuanya meninggalkannya, tapi sekolah menawarkan seribu satu aktivitas yang tidak ditemukan di rumah. Sebagai contoh, saya sering mengajak Nana mengobrol seperti ini: "Na, di sekolah asyik banget ya? Kalau di rumah 'kan Nana main sama Mbak Ayu doang, tapi kalau di sekolah ada Richel, ada Elston, ada Nada, ada Elvina, ada Jay, ada Edward, ada Miss Yenna, ada Miss Zanneta, dan ada Miss Camel. Banyak ya!" Jelaskan pada anak-anak bahwa di sekolah dia bisa bermain sambil belajar bersama guru yang baik dan pandai, serta bersenang-senang dengan teman-teman seusianya yang mungkin sulit ditemukan di lingkungan rumah. Cara memberikan pengertian bisa dengan mengobrol dengan bahasa yang sederhana. Ingat nama-nama guru dan teman sekelas anak, sebutkan nama-nama itu di rumah.

3. Jelaskan juga bahwa orangtua tidak bisa mendampingi anak-anak di sekolah, dengan alasan yang sederhana dan bisa diterima anak. Saat pertama meninggalkan Nana sekolah, suami saya berkata pada Nana : "Nana main di kelas sama Miss dan teman-teman ya, Papih dan Mamih tunggu di luar. Soalnya kelas 'kan buat anak-anak kecil, jadi Mamih dan Papih nggak boleh di sini." Awalnya Nana tidak terima, tapi pada hari keempat, Nana rela lepas dari gendongan papanya dan beringsut-ingsut ke kelas dengan ucapan itu.

4. Pujilah penampilan anak saat mengenakan perlengkapan sekolah. Saat anak-anak menggunakan seragam, membawa tas, memakai kaos kaki dan sepatu sekolah, pujilah mereka dengan ekspresi yang kagum. Katakan kalau mereka cantik atau tampan, gagah, dan keren. Kalau perlu, foto mereka dengan kamera HP dan segera tunjukkan foto mereka.

5. Sebaiknya orangtua bangun lebih pagi dan mempersiapkan segalanya lebih baik. Jangan terburu-buru karena anak akan merasa khawatir. Jaga mood anak pada pagi hari supaya dia tidak merasa bete dan keberatan masuk ke dalam kelas. Jika anak menolak sarapan, jangan dipaksa. Beri susu atau biskuit yang dia suka. Pola sarapan yang baik bisa diterapkan setelah dia terbiasa ke sekolah. Berusahalah untuk tidak marah pada ketika anak hendak ke sekolah meskipun dia rewel, sebaliknya sebaiknya tunjukkan bahwa orangtua juga bersemangat.

6. Tanyalah pada guru, kegiatan apa yang mereka lakukan di kelas. Setelah itu, ulangi di rumah. Tanya juga pada anak apa yang mereka kerjakan, dan tanyalah lagu apa yang tadi mereka nyanyikan. Bila mereka merespon pertanyaan kita, berilah pujian dan senyuman bangga. Katakan pada mereka betapa hebatnya mereka bisa melakukan hal-hal tersebut. Tanyalah apakah mereka menangis atau tidak, dan katakan betapa bangganya kita apabila anak tidak menangis.

Saya rasa itu adalah tips-tips dari para orangtua yang saya temui di sekolah, dan setelah saya coba, hasilnya cukup memuaskan. Masih banyak yang harus Nana lalui, tapi saya yakin dia pasti bisa. Ganbatte kudasai, Reina-chan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar