Jumat, 27 Juli 2012

Ketika Kanker Mengintai...

Dalam dua pekan ini, pikiran saya banyak tersita oleh masalah yang sedang menimpa kakak ipar suami, kami memanggilnya Cihe.

Semua berawal pada bulan Mei tahun ini, ketika Cihe dinyatakan hamil dua minggu. Cihe dan suaminya memang telah berencana ingin mempunyai anak kedua, sehingga berita kehamilan ini tentu membawa sukacita. Sayangnya, kehamilan Cihe tidak berjalan mulus karena janin yang dikandungnya tidak berkembang dengan baik. Bukan itu saja, akhirnya Cihe pun keguguran. Cihe pun kembali ke dokter untuk memeriksakan diri apakah rahimnya sudah bersih atau belum.

Hasil USG yang menunjukkan ada serpihan dalam rahim

Bulan lalu, rahim Cihe dinyatakan sudah bersih. Tapi untuk memersiapkan kehamilan lagi, Cihe perlu berkonsultasi pada dokter kandungan karena dia baru keguguran. Dari sini, masalah muncul. Mendadak, di dalam rahim Cihe muncul "gumpalan" seukuran telur. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, ternyata gumpalan itu telah pecah menjadi serpihan yang berserakan di seluruh dinding rahim. Cihe pun mengalami pendarahan hebat. Ternyata, Cihe mempunyai kanker ganas di rahimnya. Dokter kandungannya pun angkat tangan. Dia mereferensikan Cihe pada seorang spesialis penyakit kandungan, namun beliau sedang pergi liburan sampai awal Agustus nanti.

Melalui serangkaian pertimbangan, akhirnya Cihe pergi ke dokter spesialis lain. Dokter tersebut berusaha untuk meminimalisir perkembangan kanker dengan suntikan obat. Rencananya, setelah lima kali, Cihe perlu dikemoterapi. Namun baru setengah jalan, Cihe sudah pendarahan lagi. Akhirnya dokter memutuskan untuk segera mengangkat rahim Cihe karena perkembangan kankernya begitu cepat. Sekarang Cihe masih terbaring di rumah sakit, menjalani beberapa kali perawatan kemoterapi untuk memastikan kankernya tidak menyebar ke organ lain.

Setiap malam, saya sekeluarga berdoa - mengharapkan mujizat Tuhan agar Cihe sembuh total. Ada kalanya saya bertanya-tanya, mengapa Cihe harus mengalami penyakit seganas itu. Tapi saya yakin Tuhan tidak buta. Dia mengizinkan Cihe memiliki kanker di rahimnya, namun pasti ada rencana besar yang indah di balik semua itu. Saya yakin Tuhan mengasihi Cihe sama seperti anak-anakNya yang lain.

Rahim yang baru diangkat, dengan kanker telah yang menyerang dinding-dindingnya

Kejadian ini membuat saya sadar, bahwa kanker rahim adalah resiko yang bisa dialami oleh perempuan manapun - termasuk saya. Saya teringat peribahasa Latin : "bona valetudo melior est quam maximae divitae, good health is worth more than the greatest wealth." Ya, kesehatan adalah aset paling berharga yang bisa kita miliki. Sehat dalam arti jasmani dan rohani, tentu saja. Oleh karena itu, saya berusaha menguatkan hati Cihe, agar meskipun tubuhnya sakit, tetapi hatinya tetap sehat - seperti kata Firman Tuhan dalam Amsal 17:22, "hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang". Ketika saya menengok Cihe kemarin, saya lihat meskipun masih agak pucat, tapi Cihe lebih bersemangat untuk menjalani pemulihan. Saya yakin, Cihe pasti bisa pulih lagi!

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak agar semua wanita lebih hati-hati akan bahaya kanker rahim. Silahkan googling untuk informasi mengenai gejala, penyebab, dan pencegahan kanker rahim. Marilah kita pelihara dengan baik organ tubuh yang Tuhan berikan hanya kepada kaum hawa ini. Pesan saya, apabila terjadi gejala yang mengarah pada kanker rahim, segera periksakan ke spesialis penyakit kandungan. Ingatlah bahwa kanker rahim bisa berkembang dalam hitungan hari dan bisa menyebabkan kematian. Kedua, marilah kita jalani pola hidup yang sehat. Kebanyakan penyakit berbahaya seperti kanker bisa dicegah dengan rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, menjauhi rokok/obat-obatan terlarang/seks yang tidak sehat, serta melakukan aktivitas relaksasi yang positif agar terhindar dari stress. Kebanyakan dari kita mengorbankan kesehatan demi pekerjaan atau uang - tapi apalah arti segunung uang kalau kita sakit-sakitan dan akhirnya mati juga? Ketiga, apabila kita memang berdiagnosis memiliki kanker rahim, ataupun penyakit apapun, jangan patah semangat atau menyerah begitu saja. Berdoa dan berusahalah, jangan sia-siakan hidup yang telah Tuhan berikan kepada kita. Hidup dan mati kita memang berada di tangan Tuhan, tapi saat hidup maupun saat mati, tetaplah kita percaya dan setia kepada Tuhan.

God bless you, all!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar