Kamis, 02 Agustus 2012

Five Things People Know @School but Deliberately Forget

Dalam tiga pekan ini, tiga kali seminggu saya pergi ke sekolah untuk mengantar-jemput Nana. Selain asyik mengamati perkembangan Nana, saya juga mengobservasi perilaku orangtua atau pembantu yang juga sama-sama menunggui anak sekolah. Saya menyadari lima hal yang orang-orang tahu, tapi sering lupa atau justru sengaja mereka lupakan.

1. Buang sampah pada tempatnya

 Saya rasa ini adalah pendidikan dasar yang diajarkan oleh siapapun (atau setidaknya, sebagian besar). Tapi pada kenyataannya, sampah tetap bertebaran di mana-mana, termasuk di lingkungan sekolah. Di ruang tunggu, saya masih menemukan banyak plastik bekas jajanan atau bungkus permen. Padahal, hanya lima meter dari ruang tunggu, terdapat tempat sampah yang kosong. Sungguh ironis! Tidak sadarkan kita bahwa sekolah adalah tempat anak-anak berkumpul? Jika lingkungan sekolah tidak bersih, tentunya akan mengancam kesehatan anak-anak yang sedang belajar. Selain itu, ruang tunggu menjadi tidak nyaman dan tidak sedap dipandang.




2. Jaga kebersihan toilet umum
Indonesia memang kekurangan toilet umum yang bersih dan layak pakai - termasuk di sekolah-sekolah. Apalagi toilet di ruang tunggu orangtua. Selama 26 tahun hidup, saya sudah memasuki lebih dari 20 gedung sekolah yang berbeda - semuanya memiliki problem yang sama : toiletnya kotor! Pendidikan anak-anak di rumah dan sekolah mestinya memperhatikan soal ini juga. Ada banyak jenis penyakit yang bisa disebarkan karena toilet yang kotor. Padahal, apa sih susahnya menyebor toilet setelah kita gunakan? Selain itu, sekolah juga perlu memperkerjakan pembantu yang bertugas membersihkan toiletsetiap satu atau dua jam sekali.


3. Dilarang menggunakan handphone sambil menyetir
Dalam perjalanan ke sekolah, saya masih sering melihat banyak orangtua atau supir yang menggunakan handphone sambil menyetir mobil atau motor. Bahkan saya pernah melihat seorang bapak yang menelepon sambil memarkirkan mobilnya sampai akhirnya meyenggol motor sedang yang diparkir di sebelahnya. Saya ingin menghimbau agar para orangtua untuk memperhatikan keselamatan saat mengemudi, terutama anak-anak. Kasihan 'kan kalau terjadi kecelakaan gara-gara handphone saat hendak pergi ke sekolah?




4. Parkir di tempat parkir
Masih berkaitan dengan soal mengemudi, kadang kala saya melihat banyak orangtua atau supir yang memarkirkan mobilnya di tempat yang salah karena terburu-buru atau tidak kebagian tempat parkir. Misalnya mobil diparkir di atas trotoar, sehingga pejalan kaki harus menyingkir di sisi jalan karena terhalang mobil. Saya mengerti, banyak sekolah yang kekurangan lahan parkir sehingga pengantar kesulitan memarkirkan mobilnya. Mungkin kita berpikir, "ah, cuma sebentar saja!", tapi pemikiran seperti ini justru membuat jalanan jadi macet dan membahayakan pengguna jalan/trotoar. Untuk mencegah hal ini, mari kita biasakan datang ke sekolah lebih cepat. Jika jarak antara rumah dan sekolah dekat, bisa menggunakan sepeda motor, sepeda, atau jalan kaki. Kalau memungkinkan, bisa juga menggunakan angkutan umum atau mengusahakan mobil antar jemput. Saya rasa cara ini cukup efektif untuk mengurangi kemacetan di sekitar sekolah.

5. Dilarang merokok
Saya rasa semua sekolah menerapkan peraturan yang sama pada siswa-siswinya: dilarang merokok. Tapi apa jadinya kalau orangtua yang mengantarkan anak-anak, malah merokok sambil menunggui anaknya keluar sekolah? Lingkungan sekitar sekolah menjadi bau asap dan tidak nyaman. Seperti argumentasi saya sebelumnya, semestinya sekolah menjadi lingkungan ideal di mana anak-anak dapat belajar dengan baik. Jadi, marilah tahan diri untuk tidak merokok di lingkungan sekolah. Jangan juga merokok di toilet umum, karena akan mengganggu pengguna toilet lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar