Pilkada DKI putaran 2 baru saja dilaksanakan 20 September
2012 lalu, namun euforianya masih terasa. Kampanye-kampanye berbau isu SARA
yang beberapa minggu terakhir begitu kental di berbagai media rasanya masih
menyisakan catatan dalam pikiran saya. Namun tulisan saya bukanlah pembelaan
bagi Pak Basuki atau Ahok yang menjadi sasaran empuk isu-isu tersebut. Tulisan
ini saya tujukan kepada semua orang keturunan Cina yang hidup di Indonesia,
yang memiliki KTP WNI alias Warga Negara Indonesia, dan pada bagian agama
bertuliskan “Kristen”.
Saya juga seorang keturunan Cina. Kakek saya lahir dan besar
di Cina, lalu dia bersama sebagian keluarganya pindah ke Indonesia , dan menetap di Bandung . Lalu lahirlah papa saya. Papa
menikah dengan Mama, seorang keturunan Cina yang beragama Kristen, lalu
akhirnya lahirlah saya. Yap , sama seperti
Anda, saya juga salah seorang yang disebut si Cina-Kristen.
Tapi bagi saya, selama lahir dan hidup di tanah Indonesia , maka saya adalah orang Indonesia . Itu adalah takdir saya. Apapun agama saya, itu tidak mengubah fakta bahwa saya adalah Warga Negara Indonesia . Kristen bagi saya adalah sebuah pilihan iman. Agama tidak menentukan
nasionalisme saya. Apabila kelak Indonesia menjadi negara dengan basis agama
selain Kristen, anggaplah menjadi negara Islam seperti Malaysia atau Saudi
Arabia, maka saya tetaplah orang Indonesia.
Sebagai seorang turunan Cina-Kristen di Indonesia, saya dan
Anda mempunyai setumpuk tugas dalam masyarakat. Seperti dalam Yeremia 29 : 7
yaitu “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana
kamu AKU buang, dan berdoalah untuk kota
itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Ayat ini
mengajak kita bukan untuk menjadi kelompok masyarakat yang apatis, tapi
sebaliknya menjadi kelompok masyarakat yang peduli. Mengusahakan kesejahteraan
bisa kita mulai dengan hal-hal yang paling sederhana, misalnya dengan menaati
peraturan yang berlaku, membayar pajak dengan jujur, aktif dalam kegiatan
lingkungan (seperti Pemilu, Pilkada, Kerja Bakti, dll), atau sekedar tidak
membuang sampah sembarangan. Apabila Tuhan memberkati kita dengan bisnis atau
perusahaan, maka kita mempunyai pilihan yang lebih banyak untuk mengusahakan
kesejahteraan kota
kita.
Mari kita baca lebih
lanjut 1 Petrus 2 : 11-16. Di sini kita belajar bagaimana menjadi seorang
pendatang dan perantau supaya hidup benar dan menjauhkan diri dari keinginan
daging (duniawi). Sebagai seorang turunan Cina-Kristen, tentukan kita menjadi
sorotan di tengah masyarakat Indonesia
yang mayoritas Muslim. Semua perbuatan baik dan buruk kita akan mudah dinilai
oleh orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, jagalah sikap perilaku kita.
Lebih jauh lagi, pada ayat 13, Tuhan memerintahkan kita untuk tunduk kepada
semua lembaga manusia, yaitu kepada raja dan wali-wali. Tunduk di sini berarti
kita harus menghormati para pemimpin dan mendoakan mereka agar Tuhan memberikan
hikmat dan kebijaksanaan. Saya tahu, ada banyak pemimpin yang bersikap
sewenang-wenang; tapi itu bukan alasan bagi kita untuk menghujat. Apabila Tuhan
berkehendak, maka seorang pemimpin akan naik atau lengser.
Namun yang terlebih besar, sebagaimana tertulis dalam ayat
17 (yang juga merupakan landasan dari iman Kekristenan), yaitu agar kita
mengasihi semua orang dan takut akan Allah. Jadi, sebagai turunan Cina-Kristen,
kita tidak boleh lagi menghakimi sesama rakyat Indonesia dengan pandangan
steriotip. Ingatlah bahwa semua orang diciptakan oleh Tuhan, apabila kita
menghina mereka, maka kita menghina Tuhan. Apabila kita mengasihi mereka, maka
kita mengasihi Tuhan.
Lalu bagaimana dengan rasa sakit hati karena tidak sedikit
orang yang menyindir kita? Biasanya turunan Cina-Kristen ‘kan disamakan dengan
Zionis dan Yahudi, antek-antek budaya Barat, ideologi komunis ( seperti tahun
1960an dulu), pedagang yang licik, picik, tukang makan babi, sipit, kafir, dan
segudang panggilan lain yang bernada merendahkan. Bagi saya - sama seperti
lagunya Bondan - ya sudahlah. Biarkan saja. Kalau kita memang berbuat salah,
terima dong sindiran itu! Misalkan kita adalah pedagang yang menipu pembeli,
emas 18 karat dibilang 22 karat, timbangan direkayasa pula… kalau suatu kali
toko kita dibongkar massa, itu sih karena kesalahan kita sendiri.
Tapi bagaimana kalau kita tidak melakukan kesalahan?
Anggaplah kita sudah berusaha secara jujur, tapi tetap saja kita diusik
sana-sini. 1 Petrus 2 : 19 – 21 berkata : “Sebab adalah kasih karunia jika
seorang dengan sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak
harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian jika kamu menderita pukulan
karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu
harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah
kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”
Berdoalah, mintalah agar Tuhan memberikan kita hikmat dan
kebijaksanaan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Inilah ada kesempatan
bagi kita untuk menjadi garam dan terang dunia. Ingatlah bahwa agama tidak
menentukan kedewasaan seseorang, tapi perilaku. Selanjutnya, cintailah tanah
air kita. Nusantara terlalu indah untuk kita rusak dengan kebencian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar