Jumat, 04 Mei 2012

Home Sweet Home

Sekarang saya sedang mencari rumah di pusat kota Bandung karena sebentar lagi Nana akan sekolah (toddler). Dari dulu sampai sekarang, saya tinggal di Padalarang dan sekolah ke Bandung - jadi untuk pergi sekolah memerlukan waktu hampir sejam; itu pun kalau tidak terlalu macet. Dulu saya mengalami bagaimana harus berangkat subuh supaya tidak terlambat. Ngantuk, terlewat sarapan, mengerjakan PR di kelas, belajar di mobil... semua itu saya rasakan hampir setiap hari. Saya tidak mau Nana mengalami hal yang sama dengan saya, sebab banyak waktu terbuang percuma. Daripada habis di jalan, lebih baik digunakan untuk istirahat yang di rumah.

Mencari rumah di pusat kota Bandung tidak semudah yang saya pikirkan. Terutama untuk saya, seorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pinggiran. Dulu orangtua saya bukan orang kaya; mereka tidak punya uang untuk membeli rumah di kota, sehingga hanya bisa membeli rumah di kaki gunung. Tapi, kehidupan di sini sangat menyenangkan! Saya tumbuh dengan melihat pemandangan matahari terbit di balik gunung, sawah yang luas, dan lapangan berumput dengan jalan setapak yang dipenuhi kupu-kupu (dan ulat tentu saja). Rumah kami memiliki tanah belakang yang cukup luas untuk saya memelihara ikan, burung, kelinci, ayam, tupai, dll. Selain itu kami juga mempunyai kebun yang ditanami berbagai jenis pohon dan sayuran..

Sementara di Bandung, daerah seperti ini sangat sulit ditemukan. Rumah-rumah standar memiliki luas tanah hanya sekitar 90-120 meter persegi, harganya pun selangit (bandingkan dengan saya yang dibesarkan di rumah seluas 600 meter persegi). Saya jadi mengerti mengapa anak-anak zaman sekarang tidak biasa berinteraksi dengan alam - sebab banyak dari mereka yang bahkan tidak punya taman di rumah mereka sendiri. Anak-anak menghabiskan waktu dengan permainan yang mereka lakukan di dalam rumah. Akibatnya anak-anak kurang bergerak atau tidak cukup terkena paparan sinar matahari dan udara segar.

Saya rasa semakin hari, semakin sulit mencari tempat tinggal yang ideal di daerah perkotaan. Tuntutan pekerjaan orangtua, kebutuhan akan sekolah yang berkualitas, atau sekedar gengsi membuat masyarakat rela tinggal berdesak-desakan di kota. Sepertinya masa kecil yang saya alami semakin sulit dirasakan oleh anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan. Semoga saja suatu saat pemerintah membangun sebuah taman yang sangat besar di tengah kota, sehingga anak-anak kota pun masih memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan alam secara aktif. Jika tidak, yang ada bukan lagi home sweet home, tapi "home sempit home"!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar